1.1. Latar Belakang
Sebuah
pekerjaan dapat dikategorikan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah syarat,
antara lain:
merupakan pelayanan yang dibutuhkan, dilandasi oleh suatu disiplin ilmu, pemangkunya harus melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup, memiliki kode etik, organisasi, serta budaya profesi. Di antara syarat-syarat tersebut, keberadaan disiplin ilmu yang melandasi pekerjaan merupakan syarat yang paling esensial. Hal ini karena tingkatan profesionalitas sebuah pekerjaan, hakikatnya diukur dari kompleksitas keilmuan dan teori yang mendasarinya.
merupakan pelayanan yang dibutuhkan, dilandasi oleh suatu disiplin ilmu, pemangkunya harus melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup, memiliki kode etik, organisasi, serta budaya profesi. Di antara syarat-syarat tersebut, keberadaan disiplin ilmu yang melandasi pekerjaan merupakan syarat yang paling esensial. Hal ini karena tingkatan profesionalitas sebuah pekerjaan, hakikatnya diukur dari kompleksitas keilmuan dan teori yang mendasarinya.
Sejalan
dengan perkembangan di lapangan, maka keilmuan yang menjadi landasan suatu
profesi juga dituntut untuk terus dikembangkan. Berbagai kegiatan ilmiah harus
dilakukan untuk mengembangkan ilmu. Salah satu instrumen atau sarana penting
untuk memperoleh ilmu adalah melalui penelitian, baik yang sifatnya menggali
atau memverifikasi teori. Hasilnya kemudian harus ditulis dan dipublikasikan,
selain agar tersebar juga dimaksudkan agar diuji oleh berbagai kalangan yang
kompeten. Bila temuan/teori yang dihasilkan memiliki kebenaran dan signifikansi
maka tentu akan diadopsi dalam khasanah keilmuan profesi tersebut.
Salah
satu cabang profesi di dalam dunia pendidikan, adalah pengawas atau supervisor
pendidikan. Sebagaimana uraian di atas, profesi ini pun tentu harus didukung
oleh keilmuan yang senantiasa berkembang. Pengawas sebagai pemangku profesi ini
berkewajiban untuk menggali, menyampaikan dan menerapkan ilmu yang mendukung
peningkatan profesionalisme mereka. Oleh karena itu, maka kemampuan menyusun
karya tulis ilmiah harus dimiliki oleh setiap pengawas pendidikan. Tulisan ini dirancang
untuk maksud tersebut.
Karya
tulis ilmiah merupakan perwujudan kegiatan ilmiah yang dikomunikasikan lewat
bahasa tulisan. Karya tulis ilmiah adalah
karangan atau karya tulis yang menyajikan fakta dan ditulis dengan menggunakan
metode penulisan yang baku. Karya
tulis ilmiah pun memiliki azas-azas sehingga karya tulis tersebut dapat
dikatakan ilmiah.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)
Mengetahui dan memahami
azas-azas ilmiah dan definisi karya ilmiah.
2) Sebagai
panduan untuk penyusunan karya ilmiah yang baik dan benar.
3)
Penyelesaian tugas mata
kuliah Teknik Penulisan Ilmiah.
II. AZAS – AZAS ILMIAH
2.1. Pengertian
Azas
atau prinsip ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum
berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati (http://id.shvoong.com).
2.2. Azas – azas
Sesuatu
dapat dikatakan ilmiah bila mengandung tiga azas, yaitu:
1. Azas
Rationalitas, artinya dapat diterima oleh akal.
2. Azas
Empiris, artinya dapat dirasakan/diterima panca indra.
3. Azas
Sistematis, artinya mempunyai sistematis pembuktian. Sistematika ini akan
membantu pembaca bila ingin mengulangi atau melakukan pembuktian kembali.
Tulisan
ilmiah adalah tulisan yang mengandung ketiga azas di atas. Suatu kaidah atau
hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan
keajegan atau hubungan tertib yang dapat diuji kebenarannya. Teori ilmiah
adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis berkenaan dengan
penjelasan terhadap sejumlah fenomena. Teori ilmiah merupakan unsur yang sangat
penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama ditentukan oleh teori
ilmiah yang dimilikinya. Pentingnya teori ilmiah dalam illmu dapat dijelaskan
dari fungsi atau kegunaannya (http://id.shvoong.com).
III. KARAKTERISTIK KARYA TULIS ILMIAH
3.1. Pengertian
Karya
tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Membicarakan produk
ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah
dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan
satu-satunya karya tulis ilmiah.
Karya
tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan
itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang
diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini
menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara
ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah
berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan
sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan
kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya
tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan
menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui
suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah ciri-ciri
keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggung jawabkan secara empiris
dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan
dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber
pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa
diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa
antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih
kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.
Dalam
penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip
pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan penelitian.
Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam - macam tujuan sesuai dengan
bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai
definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis
dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.
Pernyataan
ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu
:
1. Harus
dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
2. Harus
dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan
disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya.
3. Harus
dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut
beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi
ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan
lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
Cara
kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik
notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya
mencerminkan hakikat dan unsur yang sama. Buku ini memberikan contoh teknik
notasi ilmiah yang menggunakan catatan kaki (Footnote). Catatan kaki merupakan
informasi dari pernyataan yang kita kutip. Di samping itu catatan kaki dapat
digunakan sebagai informasi tambahan yang tidak langsung berkaitan dengan
pernyataan dalam badan tulisan.
Kutipan
yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ada dua jenis yaitu kutipan langsung
dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita
tulis dalam karya tulis ilmiah susunan kalimat aslinya tanpa mengalami
perubahan sedikit pun. Kutipan tak langsung merupakan kutipan pendapat atau
pernyataan orang lain dengan melakukan perubahan kalimat yang dikutip
disesuaikan dengan bahasa penulis itu sendiri.
3.2. Persyaratan Karya Tulis Ilmiah
Karya
tulis ilmiah merupakan perwujudan kegiatan ilmiah yang dikomunikasikan lewat
bahasa tulisan. Karya tulis ilmiah adalah karangan atau karya tulis yang
menyajikan fakta dan ditulis dengan menggunakan metode penulisan yang baku.
Hal-hal
yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1. Karya
tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikir.
2. Keindahan
karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur - unsur yang
menyangganya.
3. Alur
pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya
tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang
tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya
tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam
hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya
tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
Karya
ilmiah adalah suatu karya tulis yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan
dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat
dari suatu penelitian.
Karya
tulis ilmiah harus memiliki gagasan ilmiah bahwa dalam tulisan tersebut harus
memiliki permasalahan dan pemecahan masalah yang menggunakan suatu alur
pemikiran dalam pemecahan masalah. Alur pemikiran tersebut tertuang dalam
metode penelitian. Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan
operasionalisasi dari metode keilmuan. Dengan kata lain bahwa struktur berpikir
yang melatarbelakangi langkah-langkah
dalam penelitian ilmiah adalah metode keilmuan.
Metode
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pemecahan masalah memiliki
pengertian sebagai berikut:
1. Penelitian
adalah usaha yang sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah
spesifik yang memerlukan pemecahan.
2. Cara
ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.
3. Cara
ilmiah dilandasi oleh metode rasional dan metode empiris serta metode
kesisteman.
4. Penelitian
meliputi proses pemeriksaan, penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus
diilakukan secara sistematik, tekun, kritis, objektif, dan logis.
5. Penelitian
dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penyelidikan ilmiah sistematik,
terorganisasi didasarkan data dan kritis mengenai masalah spesifik yang
dilakukan secara objektif untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban dari
masalah tersebut.
Metode
penulisan karya tulis ilmiah mengacu pada metode pengungkapan fakta yang
biasanya berasal dari hasil penelitian dengan berbagai metode yang digunakan.
Karya tulis ilmiah dapat juga disebut sebagai laporan hasil penelitian.
Laporan
hasil penelitian ditulis sesuai dengan tujuan laporan tersebut dibuat atau
ditujuan untuk keperluan yang dibutuhkan. Laporan hasil penelitian dapat ditulis
dalam dua macam, yaitu sebagai dokumentasi dan sebagai publikasi. Perbedaan
kedua karya tulis ilmiah ini terletak pada format penulisan.
Karya
tulis ilmiah sebagian besar merupakan publikasi hasil penelitian. Dengan
demikian format yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan oleh isi
penelitian yang menggambarkan metode atau sistematika penelitian. Metode
penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam empat macam, yaitu yang disusun
berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian kualitatif, hasil
kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Karya
tulis ilmiah yang berupa hasil penelitian ini dapat dibedakan berdasarkan
sasaran yang dituju oleh penulis. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan
masyarakat akademik berupa skripsi, tesis, dan disertasi. Karya tulis ilmiah
untuk kepentingan masyarakat akademik bersifat teknis, berisi apa yang diteliti
secara lengkap, mengapa hal itu diteliti, cara melakukan penelitian,
hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Isinya disajikan secara
lugas dan. objektif. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat umum
biasanya disajikan dalam bentuk artikel yang lebih cenderung menyajikan hasil
penelitian dan aplikasi dari hasil penelitian tersebut dalam subtansi
keilmuannya.
Dari
berbagai macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki
persyaratan khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah:
1. Karya
tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan
aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya
tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat
terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni
mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya
tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara
terkendali, konseptual dan prosedural.
4. Karya
tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang
indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5. Karya
tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian
berdasarkan suatu hipotesis
6. Karya
tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi
fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh
bersifat emotif.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dalam menulis karya ilmiah memerlukan persiapan yang dapat
dibantu dengan menyusun kerangka tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah
harus menaati format yang berlaku.
3.3. Sistematika Karya Tulis Ilmiah
Menulis
karya tulis ilmiah yang bersumber penelitian adalah menulis laporan penelitian
dan artikel untuk jurnal ilmiah. Oleh sebab itu, format penulisannya
menyesuaikan dengan format penelitian. Format penelitian sangat tergantung
dengan metode penelitian yang digunakan, di mana setiap metode memiliki format
tersendiri. Format dalam menulis karya ilmiah merupakan alur-alur jalan pikiran
yang terdapat dalam sebuah penelitian yang dikaitkan dengan proses penulisan.
Dalam
pembahasan ini kita tidak akan menekankan kepada aspek-aspek penelitian
seperti teknik pengambilan data, analisis data, dan teknik analisis statistika,
melainkan kepada rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok sebuah proses
penelitian. Seperti kita ketahui bahwa penelitian adalah sebuah proses
pemecahan masalah, maka penulisan karya tulis ilmaih merupakan pemaparan proses
pemecahan masalah, sehingga pembaca memperoleh jawaban dari masalah yang
diteliti.
Karya
tulis ilmiah hasil penelitian berfungsi mengkomunikasikan ikhwal gagasan atau hasil
penelitian yang telah dilakukan, khususnya (a) gagasan: Apa yang menjadi
permasalahan, dan Bagaimana gagasan yang dikemukakan dalam memecahkan maasalah,
(b) Penelitian: apa yang diteliti, mengapa penelitian dilakukan, dan apa yang
menjadi fokusnya, apa yang menjadi acuan konseptualnya, bagaimana desainnya,
bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa
kesimpulan akhirnya, dan apa rekomendasi yang dinyatakan berdasarkan temuan
tersebut bagi kepentingan praktis dan pengembangan ilmu.
Bentuk
karya tulis ilmiah ada dua macam, yaitu (a) panjang, contohnya skripsi, tesis
atau laporan penelitian, dan (b) atau versi pendek, contohnya artikel jurnal
dan makalah simposium.
Sistematika
Laporan Penelitian
Bagian Awal
Hal-hal
yang termasuk bagian awal adalah :
1. Halaman
sampul
2. Halaman
judul
3. Abstrak
4. Kata
Pengantar
5. Daftar
Isi
6. Daftar
Gambar
7. Daftar
Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Pembatasan Masalah
D.
Perumusan Masalah
E.
Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian pustaka setiap variabel
B.
...............
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
D.
Metode Penelitian
E.
Instrumen Penelitian
F.
Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Hasil Penelitian
B.
Uji Prsayarat Analisis
C.
Pengujian Hipotesis
D.
Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Implikasi
C.
Saran
Bagian Akhir
• Daftar Pustaka
• Lampiran
• Riwayat Hidup Penulis
Sistematika
Laporan Penelitian Versi Pendek:
(Makalah Seminar, Artikel Jurnal
Ilmiah)
1). Pendahuluan
2). Metode
3). Temuan dan Pembahasan
4). Kesimpulan dan Rekomendasi
5). Daftar Pustaka
V. KETENTUAN DALAM PENULISAN ILMIAH
4.1. Notasi Ilmiah
4.1.1. Pengertian Notasi Ilmiah
Terdapat
bermacam-macam sistem dalam penulisan notasi untuk menyusun karya tulis ilmiah.
Sistem yang dikenal di kalangan masyarakat ilmiah antara lain adalah system
University of Chicago Press, Sistem Harvard, Sistem American Psychological
Assosation (APA), Sistem American Antropoloist, Sistem Harcouver, dan sistem
Gabungan (misalnya Sistem Harvard dengan sistem huruf)-Keseluruhan sistem
tersebut pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni,
pertama, sistem yang mempergunakan catatan kaki (umpamanya Sistem University of
Chicago press), kedua, sistem yang tidak menggunakan catatan kaki (umpamanya
sistem yang menggabungkan kedua sistem yang pertama).
Sistem
yang menggunakan catatan kaki menaruh sumber rujukan yang berupa nama
pengarang, judul, penerbit, tahun penerbitan, dan halaman yang dirujuk,
dibagian bawah dari halaman tulisan. Dari sinilah dikembangkan terminology
footnote atau catatan kaki disebabkan letak rujukan yang diletakan pada bagian
bawah atau kaki dari tulisan. Walaupun demikian, terdapat juga sistem yang
menggunakan catatan kaki, namun meletakkan daftar rujukannya tidak di halaman
yang sama, melainkan di belakang setelah seluruh karya tulis selesai. Hal ini
sering dilakukan untuk memudahkan pengetikan. Sebenarnya, meletakkan daftar
rujukan di belakang ini bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
sistem catatan kaki, yakni pembaca dengan cepat menemukan sumber rujukan yang
digunakan dalam karya tulis. Seorang pembaca, yang meresensi sebuah buku untuk
menemukan sumber rujukan, menulis bahwa "catatan kaki yang ditaruh di belakang
(menjadi catatan belakang), malah mempersulit pembaca untuk merekam
kutipan-kutipan para analis". Selanjutnya, ia menyarankan bahwa dalam
penerbitan selanjutnya hal ini "dibenahi.
Contoh
di atas dikemukakan untuk menunjukkan bahwa setiap sistem notasi ilmiah
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi, dalam memilih sistem
notasi ilmiah, kita harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut
vis-a-vis tujuan penulisan karya tulis kita. Kelebihan sistem catatan kaki, di
samping dengan mudah menemukan sumber rujukan pada halaman yang sama, juga
memungkinkan kita untuk menambahkan keterangan tambahan untuk tubuh tulisan
yang ditaruh dalam catatan kaki. Keterangan tambahan ini, baik yang berupa
penjelasan maupun analis, akan "memperluas" dan
"memperdalam" materi karya tulis. Hal ini tidak ditaruh dalam tubuh
tulisan sebab akan menggangu kelancaran penulisan.
Disebabkan
hal inilah maka sistem catatan kaki sangat ideal untuk penulisan karya tulis
ilmiah yang membutuhkan kedalaman dan keluasan materi tulisan seperti skripsi,
tesis, disertasi, atau laporan penelitian lainnya. Sebaiknya, terdapat pula
tulisan yang relative tidak sedalam dan seluas karya tulis tersebut seperti
artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal atau majalah. Untuk tulisan
semacam ini maka teknik notasi yang ideal adalah sistem tanpa catatan kaki.
Sistem
tanpa catatan kaki, sesuai dengan namanya, meletakkan daftar pernyataan yang
tercantum tulisan. Artinya dalam pernyataan yang tercantum dalam tubuh tulisan
sudah terangkum di dalamnya sumber rujukan. Hal ini sangat memudahkan
penulisan, termasuk mereka yang membaca tulisan tersebut, terutama bila
dikaitkan dengan diskripsi perkembangan keilmuan (the state of the art) atau
analisis perbandingan dengan karya ilmiah lainnya. Kelemahannya ialah bahwa
keterangan tambahan yang bersifat memperluas dan memperdalam tulisan tidak
dapat diberikan.
Untuk
mengatasi kekurangan itu maka sering digabungkan antara sistemtanpa catatan kaki dengan sistem catatan kaki.
Artinya, sumber rujukan mempergunakan sistem tanpa catatan kaki, sedangkan
keterangan tambahan mempergunakan sistem catatan kaki. Penelitian akadeik
seperti skripsi, tesis, dan disertasi, sering mempergunakan sistem gabungan
ini.
Semua
peneliti harus menguasai ketigia sistem penulisan ini dengan berbagai
variasinya, Baik sistem catatan kaki, maupun sistemtanpa catatan kaki, tidak
terdiri dari satu teknik notasi ilmiah yang sama, melainkan berkembang menjadi
beragam teknik penulisan. Pengiriman artikel ke jurnal tertentu membutuhkan
persyaratan penulisan tertentu pula. Sebagaimana telah disinggung terdahulu,
penulisan Sistem American Psychological Association berbeda dengan Sistem
American Anthropologist. Perbedaan ini tidak akan terlalu dibesar-besarkan,
yang penting ialah bahwa kita mengenal berbagai sistem yang berlaku dalam
masyarakat ilmiah.
4.1.2. Kutipan dan Catatan Kaki
1). Kutipan
Kutipan
adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, atau hasil
penelitian orang lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan
akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari
pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sinteisis. Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang
mantap. Walaupun kutipan atas pendapat seorang pakar itu diperkenankan,
tidaklah berarti bahwa keseluruhan sebuah tulisan dapat terdiri dari
kutipan-kutipan. Garis besar kerangka karangan serta kesimpulan yang dibuat
harus merupakan endapat penulis sendiri. Kutipan – kutipan hanya berfungsi
sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat penulis.
Manfaat Kutipan
1. untuk menegaskan isi uraian
2. untuk membuktikan kebenaran dari
sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis
3. untuk mencegah penggunaan dan
pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri
Kutipan Langsung
Kutipan
langsung adalah pengambilan bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa
melakukan perubahan ke dalam tulisan kita. Syarat kutipan langsung adalah
sebagai berikut:
1. Tidak boleh melakukan perubahan
terhadap teks asli yang dikutip
2. Menggunakan tiga titik berspasi
[. . . ] jika
ada bagian yang dikutip dihilangkan
3. Menyebutkan sumber sesuai dengan
teknik notasi yang digunakan.
4. Bila kutipan langsung pendek
(tidak lebih empat baris) dilakukan dengan cara :
a.
Integrasikan langsung dalam tubuh teks
b.
Diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks
c.
Diapit oleh tanda kutip
5. Bila kutipan langsung panjang
(lebih dari empat baris) dilakukan dengan cara:
a.
Dipisahkan dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks
b.
Diberi jarak rapat antarbaris dalam kutipan
Kutipan Tak Langsung
Kutipan
tak lansung adalah kutipan yang menuliskan kembali dengan katakata sendiri.
Kutipan ini dapay dibuat panjang atau pendek dengan cara mengintegrasikan dalam
teks, tidak diapit dengan kata kutip dan menyebutkan sumbernya sesuai dengan
teknik notasi yang dijadikan pedoman dalam menulis karya ilmiah.
2). Catatan Kaki
Catatan
kaki adalah penyebutan sumber yang dijadikan kutipan. Fungsi catatan kaki
adalah memberikan penghargaan terhadap sumber yang dikutip dan aspek legalitas untuk izin
penggunaan karya tulis yang dikutip, serta yang terpenting adalah etika
akademik dalam masyarakat ilmiah sebagai wujud kejujuran penulis.
4.1.3. Daftar Pustaka
Daftar
pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan menyusun penulisan
baik sebagai penunjang maupun sebagai data. Ada beberapa teknik penulisan
daftar pustaka. Semua teknik yang dipilih dapat menyesuaikan dengan pedoman
yang kita pilih. Namun demikian pada dasarnya daftar pustaka digunakan untuk
pembantu pembaca mengenal ruang lingkup penulis, memberikan informasi kepada
pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam daripada
kutipan yang digunakan penulis, dan membantu pembaca memilih refrensi dan
materi dasar studinya.
Teknik
penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
a. Baris pertama dimulai pada
margin kiri, baris kedua dan selanjutnya
dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
b. Jarak antarbaris 1,5 spasi
c. Diurutkan
berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis.
d. Jika penulis yang sama menulis lebih
dari satu karya tulis yang dikutip, nama penulis nama penulis harus ditulis berulang.
e. Urutan penulisan: nama penulis
diawali nama keluarga penulis, tahun terbitan, judul
karya tulis dengan menggunakan huruf
kapital di awal kata, dan data publikasi berisi nama kota dan nama penerbit
karya yang dikutip.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka:
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2).
Jakarta: Akademika Pressindo.
Perino, Joseph G. 1999. Self-Confidence, http://www.psychological-selfhelp.com/
intro/html.on-line
Suriasumantri, Jujun S. “Pembangunan
Sosial Budaya Secara Terpadu”, dalam Masalah
Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed. 1986). Yogyakarta: Tiara Wacana.
4.2. Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
4.2.1. Bahasa llmiah
Berbagai
ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar
karya tulisnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria
logis sistematis, dan lugas, karya tulis ilmiah disebut logis jika keterangan
yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karya
tulis ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam
satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karya tulis ilmiah disebut
lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung
menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan dengan
penggunaan bahasa. Bab ini akan membicarakan pemakaian bahasa, bab ini akan
membicarakan pemakaian ejaan yang disempurnakan, pembentukan kata, pemilihan kata,
penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf dalam karya tulis ilmiah.
4.2.2. Penerapan Ejaan yang Disempurnakan
a. Penggunaan Spasi
Penggunaan
spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuanyang
berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda satu,
tanda Tanya) harus ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
b. Pengunaan Garis Bawah Satu
Garis
bawah satu dalam karya tulis ilmiah digunakan untuk menandai kata-kata atau
bagian-bagian yang harus dicetak miring apabila karya tulis ilmiah itu
diterbitkan. Garis bahwa satu dipakai pada 1) anak bab, 2) sub anak bab, 3)
kata asing atau kata daerah, 4) judul buku, majalah, surat kabar yang dikutip
dalam naskah.
4.2.3. Pemenggalan Kata
Apabila
memengalan atau penyukuran sebuah kata dalam penggantian baris, kita harus
membubuhkan tanda kurang (-), dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhksn
di pinggir ujung bsris. Tanda hubung itu dibubuhkan di pinggir ujung baris.
Dalam kaitan ini, pias kanan karya tulis ilmiah tidak perlu lurus. Yang harus
diutamakan adalah pemenggalan kata sesuai dengan kaidah penyukuan, bukan
masalah kelurusan atau kerapian pias kanan karya tulis ilmiah. Namun, jika
pengetikan karya tulis menggunakan komputer, kerapian pias kanan dapat
deprogram dan penyukuran kata dapat dicegah. Berikut dicantumkan kaidah
pengukuran sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
4.2.4. Penulisan di sebagai Kata Depan
Di
yang berfungsi sebagai kata depan harus dituliskan terpisah dari kata yang
mengiringinya. Biasanya di sebagai kata depan ini berfungsi menyatakan arah
atau tempat dan merupakan jawaban atas pernyataan dimana.
4.2.5. Penulisan di sebagai Awalan
Di-
yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata kerja pasif dan harus dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada umumnya, kata kerja pasif yang
berawalan di-dapat diubah menjadi kata kerja aktif yang berawalan meng-(meN-).
4.2.6. Penulisan ke sebagai Kata Depan
Ke
yang berfungsi sebagai kata depan, biasanya menyatakan arah atau tujuan dan
merupakan jawaban atas pertanyaan ke mana. Sebagai patokan kita, ke yang
dituliskan terpisah dari kata yang mengiringinya jika kata-kata itu dapat
dideretkan dengan kata-kata yang didahului kata di dan dari.
4.2.7. Penulisan ke-sebagai Awalan
Ke-
yang tidak menunjukkan arah atau tujuan harus dituliskan serangkaian dengan
kata yang mengiringinya karena ke-seperti itu tergolong imbuhan.
Catatan:
Ke
pada kata kemari, walaupun menunjukkan arah, harus dituliskan serangkaian
karena tidak dapat dideretkan dengan di mari dan dari mari. Selain itu,
penulisan ke pada kata keluar harus dituliskan serangkai jika berlawanan dengan
kata masuk. Misalnya : saya ke luar dari organisasi itu. Akan tetapi, jika ke
luar itu berlawanan dengan ke dalam, ke harus dituliskan terpisah.
4.2.8. Penulisan Partikel pun
Pada
dasarnya, partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata
bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di
sana merupakan kata yang lepas. Akan tetapi, kata-kata yang mengandung pun
berikut harus dituliskan serangkai karena sudah dianggap padu benar. Jumlah
kata seperti itu tidak banyak, hanya dua belas kata, yang dapat dihapal di luar
kepala, yaitu adapun, andaipun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, ataupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, (yang berarti walaupun) sungguhpun, dan walaupun.
4.2.9. Penulisan Partikel per
Partikel
per yang berarti "mulai" demi atau "tiap" dituliskan terpisah
dari kata yang mengikutinya. Akan tetapi, per yang menunjukkan pecahan atau
imbuhan harus dituliskan serangkaian dengan kata yang mendahuluinya.
4.2.10. Penggunaan Tanda Hubung (-)
Tanda
hubung digunakan untuk merangkaikan kata ulang. Dalam pedoman ejaan kata ulang
harus dituliskan dengan dirangkaikan oleh tanda hubung. Penggunaan angka dua
pada kata ulang tidak dibenarkan, kecuali dalam tulisan-tulisan cepat,- seperti
catatan pada waktu mewawancarai seseorang atau catatan rapat.
4.2.11. Pembentukan Kata
a. Peluluhan Bunyi
Jika
kata dasar berbunyi awal /kl, /pi, /t/, /s/, ditambah imbuhan meng-,
meng-...kan, atau meng-l, bunyi awal itu harus luluh menjadi (ng), /ml/, /n/,
dan /ny/. Kaidah itu berlaku juga bag! kata-kata yang berasal dari bahasa asing
yang sekarang sudah menjadi warga kosakata bahasa Indonesia. Demikian juga,
bunyi /k/, /p/, /t/, /s/, harus luluh jika diberi imbuhan peng- atau peng..-an
(pe-N atau pe N-....an).
b. Penulisan Gabungan Kata
Di
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan terdapat kaidah
yang menyatakan bahwa gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk,
unsure-unsurnya dituliskan terpisah. Selain gabungan kata di atas yang harus
dituliskan terpisah, terdapat juga gabungan kata yang harus dituliskan
serangkai, yaitu gabungan kata yang sudah dianggap sebagai kata yang padu.
V. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Karya
tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan
itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang
diperoleh melalui suatu penelitian.
2) Azas
– azas ilmiah terdiri atas tiga, yaitu azas rationalitas, azas empiris, dan
azas sistematis.
3) Dalam
membuat karya tulis ilmiah perlu diperhatikan persyaratan, sistematika, dan
ketentuan dalam pembuatan karya tulis ilmiah sehingga tulisan ilmiah yang
dihasilkan berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Tenaga Kependidikan. 2008. Penulisan
Karya Ilmiah. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga
kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2127736-ragam-ragam-proposisi-teori
ilmiah/. [09 Maret 2011].
http://www.riobelajar.co.cc/2010/11/karakteristik-karya-tulis-ilmiah.html.[09
Maret 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar