PESTISIDA
NABATI DAN KOMPOS
KEGIATAN
SEKOLAH LAPANGAN IKLIM
A. PESTISIDA NABATI
Bahan :
1.Umbi
gadung KB 1 kg
2.Dedak
padi 10 kg
3.Tepung
ikan 100 gr
4.Kemiri
beberapa biji
5.Air
secukupnya
Cara Pembuatan:
Umbi
gadung dikupas dan dihaluskan bersama kemiri. Kemudian dicampurkan secara
merata dengan dedak padi, tepung ikan, dan air hingga menjadi adonan. Adonan
tersebut kemudian dibuat pelet kering.
Cara Aplikasi:
Pelet
tersebut disebarkan di pamatang sawah, di sarang atau di lubang-lubang tikus.
Catatan:
resep
di atas jika bahan gadung diganti dengan gadung racun maka dapat digunakan untuk
membunuh tikus.
Beberapa tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati
Ada
dua cara mudah untuk membuat pestisida nabati, yaitu :
1. Perendaman
untuk menghasilkan produk ekstrak
2. Penumbukan,
pembakaran, pengerusan, dan pengepresan untuk menghasilkan produk berupa pasta
atau tepung
2.
Ekstrak
Nimba
OPT
sasaran: wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematode
Bahan dan alat :
•
Air 1 liter
•
Alcohol 70% 1 cc
•
Biji nimbi 50 gr
•
Penumbuk/penghalus
•
Baskom/ember
•
Sprayer
Cara membuat :
1.
Biji nimba ditumbuk halus dan diaduk dengan alcohol
2.
Encerkan dengan 1 liter air
3.
Larutkan diendapkan semalam lalu disaring
4.
Larutan siap diaplikasikan ke tanaman
5.
Serangga akan mati setelah 2 – 3 hari
3.
Ekstrak
Daun Sirsak
OPT sasaran : wereng batang coklat
Bahan :
1.
50 lembar daun sirsak
2.
Satu gemgam (100 gr) rimpang jaringau
3.
Satu suing bawang putih
4.
Sabun colek 20 gr
Cara membuat :
1.
Daun sirsak, jaringau, dan bawang putih di haluskan
2.
Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air selama 2 hari
3.
Larutan disaring
4.
Untuk aplikasi 1 liter larutan dicampur dengan 10 – 15 liter air
5.
Larutan siap diaplikasikan
4.
Ekstrak
Sirtem (Sirih dan Tembakau)
OPT sasaran : Belalang dan ulat
Bahan :
1.
50 lembar daun sirsak
2.
5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
3.
20 liter air
4.
20 gr sabun colek/detergen
Cara membuat:
1.
Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus
2.
Bahan dicampur dengan air dan diaduk hingga rata
3.
Bahan didiamkan selama satu malam
4.
Larutan disaring kemudian diencerkan (ditambah dengan 50 – 60 air)
5.
Larutan siap digunakan
5.
Ekstrak
Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
OPT sasaran : hama/penyakit secara
umum
Bahan :
1.
8 kg daun nimbi
2.
6 kg lengkuas
3.
6 kg serai
4.
20 gr sabun colek /detergen
5.
20 liter air
Cara membuat :
1.
Daun nimbi,lengkuas dan serai dihaluskan
2.
Bahan yang telah halus dilarutkan dalam 20 liter air
3.
Didiamkan selama satu malam
4.
Larutan disaring dan diencerkan dengan 60 liter air
5.
Larutan siap diaplikasikan untuk 1 ha lahan
6.
Ekstrak
Gatem (Gadung dan Tembakau)
OPT sasaran : wereng hijau, wereng
batang coklat
Bahan :
1.
1 kg gadung
2.
1 ons tembakau
3.
Air secukupnya
Cara membuat :
1.
Gadung dikupas, dicuci dan diparut.
2.
Hasil parutan ditamban dengan 3 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam
3.
Tembakau direndam dalam 2 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam
4.
Kedua bahan dicampur dan diaduk hingga tercampur merata
5.
Bahan disaring
6.
Ekstrak Gatem diencerkan dengan dosis 2 – 2,5 gelas untuk 1 tangki sprayer.
7.
Ekstrak
Gadung
OPT sasaran : walang sangit dan
ulat-ulat hama padi
Bahan :
1.
1 kg gadung
2.
Air secukupnya
Cara membuat :
1.
Gadung dikupas, dicuci, dan diparut lalu diperas dengan kain bersih
2.
Air perasan itulah yang mengandung racun dengan dosis 5 – 10 ml /liter air.
3.
Kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
4.
Larutan disemprotkan ke lahan.
5.
Serangga mati dalam 1 – 2 jam, ulat mati dalam 5 – 6 jam
8.
Ekstrak
Gatubrotemsi (Gadung, Tuba, Brotowali, Sirih)
OPT sasaran : ulat-ulat padi,
walang sangit, dan kepinding tanah
Bahan :
1.
1 kg gadung
2.
1 ons tembakau
3.
1 potong akar tuba/jenu
4.
1 genggam daun sirih
Cara membuat :
1.
Gadung dikupas, dicuci dan diparut
2.
Tuba dan brotowali dipotong dan ditumbuk
3.
Daun sirih diremas-remas dan ditambah dengan 3 liter air
4.
Tembakau dipotong-potong dan ditumbuk
5.
Semua bahan dicampur, dimasukkan ke dalam panci dan direbus hingga
mendidih,
didinginkan dan disaring.
6.
Larutan siap digunakan dengan dosis 50-60 cc/tangki (14 liter).
B.
Pembuatan Kompos Jerami Padi dengan Aktivator Trichoderma
Pada
umumnya, sehabis panen padi, petani membakar jeraminya karena dianggap
mengganggu dalam pengolahan lahan terutama jika menggunakan traktor. Sebagian
petani meletakkan jeraminya diatas pematang-pematang, yang apabila sering hujan
maka tanah pada pematang tersebut malah menjadi terkikis terbawa air hujan.
Petani tidak menyadari bahwa dengan pembakaran jerami, maka terjadi kehilangan
bahan organik yang cukup tinggi pada lahannya pada setiap musim tanam.
Disamping itu, pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan CO2 yang
kurang baik bagi kesehatan.
Di
dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti
Nitrogen dan Kalium sehingga dengan membakar jerami berarti sama saja dengan
membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu
menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Dengan mengembalikan jerami padi
ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi
memberikan pupuk KCl. Jika dikembalikan langsung ke lahan sawah, pembusukan
jerami membutuhkan waktu sekitar 1,5 1 bulan. Jika ingin melakukan
penanaman segera maka yang dilakukan adalah menjadikan jerami sebagai bahan
baku pembuatan pupuk organik (kompos). Dengan pengomposan, waktu dekomposisi
jerami menjadi kompos menjadi lebih singkat. Cara pembuatan kompos jerami
adalah sbb :
Bahan yang diperlukan :
jerami
padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg dan SP-36 1 kg atau NPK 2-
3
kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.
Cara
Pembuatan :
Jerami segar direndam
selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab. Bahan aktif Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter
trichoderma) dicampur dan diaduk sampai rata dan dibagi atas 4
bagian. Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan
Pada
lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif 1/4
bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.
Setelah
itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan
kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis.
Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam
pembalikannya
Tutup
tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat
diletakkan ditempat yang terlindung
Lakukan
pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu
Kelembaban
tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 - 80 % dengan cara
menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
Kompos
siap digunakan setelah 3 - 4 minggu.
Ciri-ciri
Kompos yang sudah siap digunakan:
1.
Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur
2.
Bersuhu dingin
3.
Tidak berbau atau berbau daun lapuk
Mutu atau kualitas kompos
Kualitas
kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa
hal harus diperhatikan :
Starter/biang
trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa
diperoleh dari laboratorium BPTPH atau Dinas Pertanian setempat.
Pembalikan
kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu
trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal
Selain
itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk mengomposkan
jerami.
Kandungan
Beberapa Unsur Hara untuk 1 Ton Kompos Jerami Padi dari 1 ton jerami padi dapat
diperoleh  ½ ton sampai 2/3 ton kompos.
Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami
yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1
ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5)
0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium
(Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. (Ir. Sri Suryani M.R., M.Agr)
PROMI
Promi
adalah formula mikroba unggul yang mengandung mikroba pemacu pertumbuhan
tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali penyakit tanaman, dan dapat
menguraikan limbah organik pertanian /perkebunan. Bahan aktif Promi adalah
mikroba unggul asli Indonesia yang telah diseleksi dan diuji di Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, yaitu Trichoderma harzianum DT
38, T. pseudokoningii DT 39, Aspergillus sp, dan mikroba pelapuk.
Penggunaan Promi sangat luas, antara lain :
langsung
diaplikasikan ke tanah/tanaman, untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang
bermanfaat, dan diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organic pertanian/perkebunan.
Pembuatan
Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi
Bahan
:
Jerami,
seresah, rumput-rumputan, air dan jika ada kotoran ternak/pupuk kandang.
Peralatan
:
Sabit/parang,
ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari
bambu/kayu, plastik penutup, sekop garpu/cangkul.
Dosis
:
Promi
terdiri dari 3 bagian, yaitu A, T ,dan Pl. Dosis Promi adalah 0,5 kg (A, T,
dan
Pl) untuk setiap ton bahan.
A
= 170 gr atau 30 sendok makan
T = 170 gr atau 30 sendok makan
Pl
= 170 gr atau 30 sendok makan
Tahapan
:
1. Masukkan
air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk
setiap 1 m3 bahan.
2. Masukkan
Promi ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.
3. Siapkan
cetakan bambu.
4. Masukkan
jerami lapis demi lapis.
5. Siramkan
Promi pada setiap lapis secara merata.
6. Padatkan
setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.
7. Setelah
cetakan penuh, buka cetakan bambu.
8. Tutup
tumpukan jerami dengan plastik.
9. Ikat
plastik dengan tali. Beri pemberat pada bagian atas plastik.
10.
Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 – 4
minggu.
Pengamatan
:
Setelah
inkubasi dua minggu, lakukan pengamatan hingga ke bagian dalam tumpukan. Buka
plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Pengomposan berjalan baik
apabila :
1. terjadi
penurunan tinggi tumpukan
2. jika
dipegang terasa panas
3. tidak
berbau menyengat
4. tidak
kering
5. jerami
mulai melunak
Lakukan hal-hal berikut ini :
1. Apabila
tumpukan tidak panas dan jerami kering, maka tambahkan air secukupnya.
2. Apabila
berbau menyengat dan tumpukan terlalu basah, maka tancapkan bambu yang telah
dilubangi untuk menambah aerasi.
3. Jika
perlu lakukan pembalikan.
Panen
:
Kompos
dipanen apabila telah cukup matang. Ciri kompos yang telah matang :
1. berwarna
coklat kehitam-hitaman,
2. lunak
dan mudah dihancurkan,
3. suhu
tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
4. tidak
berbau menyengat, dan
5. volume
menyusut hingga kurang lebih setengahnya.
Aplikasi
:
Kompos
yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat,
yaitu: Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, T.
pseudokoningii yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan Aspergillus
sp yang dapat melarutkan fosfat.
Kompos
diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.
REFERENSI
http://www.epetani.com,
pertanian organik, diakses tanggal 11-11-2011,
jam
10.15 WIB
http://duniataniblog.com,
pestisida nabati, diakses tanggal 11-11-2011,
jam
10.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar