Minggu, 25 Maret 2012


PESTISIDA NABATI DAN KOMPOS
KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN IKLIM

A.  PESTISIDA NABATI
1.   Memandulkan Tikus
Bahan :
1.Umbi gadung KB 1 kg
2.Dedak padi 10 kg
3.Tepung ikan 100 gr
4.Kemiri beberapa biji
5.Air secukupnya
Cara Pembuatan:
Umbi gadung dikupas dan dihaluskan bersama kemiri. Kemudian dicampurkan secara merata dengan dedak padi, tepung ikan, dan air hingga menjadi adonan. Adonan tersebut kemudian dibuat pelet kering.
Cara Aplikasi:
Pelet tersebut disebarkan di pamatang sawah, di sarang atau di lubang-lubang tikus.

Catatan:
resep di atas jika bahan gadung diganti dengan gadung racun maka dapat digunakan untuk membunuh tikus.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati
Ada dua cara mudah untuk membuat pestisida nabati, yaitu :
1.   Perendaman untuk menghasilkan produk ekstrak
2.   Penumbukan, pembakaran, pengerusan, dan pengepresan untuk menghasilkan produk berupa pasta atau tepung

2.   Ekstrak Nimba
OPT sasaran: wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematode
Bahan dan alat :
• Air 1 liter
• Alcohol 70% 1 cc
• Biji nimbi 50 gr
• Penumbuk/penghalus
• Baskom/ember
• Sprayer
Cara membuat :
1. Biji nimba ditumbuk halus dan diaduk dengan alcohol
2. Encerkan dengan 1 liter air
3. Larutkan diendapkan semalam lalu disaring
4. Larutan siap diaplikasikan ke tanaman
5. Serangga akan mati setelah 2 – 3 hari

3.   Ekstrak Daun Sirsak
OPT sasaran : wereng batang coklat
Bahan :
1. 50 lembar daun sirsak
2. Satu gemgam (100 gr) rimpang jaringau
3. Satu suing bawang putih
4. Sabun colek 20 gr
Cara membuat :
1. Daun sirsak, jaringau, dan bawang putih di haluskan
2. Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air selama 2 hari
3. Larutan disaring
4. Untuk aplikasi 1 liter larutan dicampur dengan 10 – 15 liter air
5. Larutan siap diaplikasikan

4.   Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
OPT sasaran : Belalang dan ulat
Bahan :
1. 50 lembar daun sirsak
2. 5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
3. 20 liter air
4. 20 gr sabun colek/detergen
Cara membuat:
1. Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus
2. Bahan dicampur dengan air dan diaduk hingga rata
3. Bahan didiamkan selama satu malam
4. Larutan disaring kemudian diencerkan (ditambah dengan 50 – 60 air)
5. Larutan siap digunakan

5.   Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
OPT sasaran : hama/penyakit secara umum
Bahan :
1. 8 kg daun nimbi
2. 6 kg lengkuas
3. 6 kg serai
4. 20 gr sabun colek /detergen
5. 20 liter air
Cara membuat :
1. Daun nimbi,lengkuas dan serai dihaluskan
2. Bahan yang telah halus dilarutkan dalam 20 liter air
3. Didiamkan selama satu malam
4. Larutan disaring dan diencerkan dengan 60 liter air
5. Larutan siap diaplikasikan untuk 1 ha lahan

6.   Ekstrak Gatem (Gadung dan Tembakau)
OPT sasaran : wereng hijau, wereng batang coklat
Bahan :
1. 1 kg gadung
2. 1 ons tembakau
3. Air secukupnya
Cara membuat :
1. Gadung dikupas, dicuci dan diparut.
2. Hasil parutan ditamban dengan 3 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam
3. Tembakau direndam dalam 2 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam
4. Kedua bahan dicampur dan diaduk hingga tercampur merata
5. Bahan disaring
6. Ekstrak Gatem diencerkan dengan dosis 2 – 2,5 gelas untuk 1 tangki sprayer.

7.   Ekstrak Gadung
OPT sasaran : walang sangit dan ulat-ulat hama padi
Bahan :
1. 1 kg gadung
2. Air secukupnya
Cara membuat :
1. Gadung dikupas, dicuci, dan diparut lalu diperas dengan kain bersih
2. Air perasan itulah yang mengandung racun dengan dosis 5 – 10 ml /liter air.
3. Kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
4. Larutan disemprotkan ke lahan.
5. Serangga mati dalam 1 – 2 jam, ulat mati dalam 5 – 6 jam

8.   Ekstrak Gatubrotemsi (Gadung, Tuba, Brotowali, Sirih)
OPT sasaran : ulat-ulat padi, walang sangit, dan kepinding tanah
Bahan :
1. 1 kg gadung
2. 1 ons tembakau
3. 1 potong akar tuba/jenu
4. 1 genggam daun sirih
Cara membuat :
1. Gadung dikupas, dicuci dan diparut
2. Tuba dan brotowali dipotong dan ditumbuk
3. Daun sirih diremas-remas dan ditambah dengan 3 liter air
4. Tembakau dipotong-potong dan ditumbuk
5. Semua bahan dicampur, dimasukkan ke dalam panci dan direbus hingga
mendidih, didinginkan dan disaring.
6. Larutan siap digunakan dengan dosis 50-60 cc/tangki (14 liter).

B. Pembuatan Kompos Jerami Padi dengan Aktivator Trichoderma
Pada umumnya, sehabis panen padi, petani membakar jeraminya karena dianggap mengganggu dalam pengolahan lahan terutama jika menggunakan traktor. Sebagian petani meletakkan jeraminya diatas pematang-pematang, yang apabila sering hujan maka tanah pada pematang tersebut malah menjadi terkikis terbawa air hujan. Petani tidak menyadari bahwa dengan pembakaran jerami, maka terjadi kehilangan bahan organik yang cukup tinggi pada lahannya pada setiap musim tanam. Disamping itu,  pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan CO2 yang kurang baik bagi kesehatan.
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium sehingga dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl. Jika dikembalikan langsung ke lahan sawah, pembusukan jerami membutuhkan waktu sekitar 1,5   1 bulan. Jika ingin melakukan penanaman segera maka yang dilakukan adalah menjadikan jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos). Dengan pengomposan, waktu dekomposisi jerami menjadi kompos menjadi lebih singkat. Cara pembuatan kompos jerami adalah sbb :
Bahan yang diperlukan :
jerami padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg dan SP-36 1 kg atau NPK 2- 3 kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.
Cara Pembuatan :
Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab. Bahan aktif  Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan diaduk  sampai rata dan dibagi atas 4 bagian. Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan
Pada lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif 1/4 bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.
Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya
Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang terlindung
Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu
Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 - 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
Kompos siap digunakan setelah 3 - 4 minggu.
Ciri-ciri Kompos yang sudah siap digunakan:
1. Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur
2. Bersuhu dingin
3. Tidak berbau atau berbau daun lapuk
Mutu atau kualitas kompos
Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan :
Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa diperoleh dari laboratorium BPTPH atau Dinas Pertanian setempat.
Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal
Selain itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk mengomposkan jerami.
Kandungan Beberapa Unsur Hara untuk 1 Ton Kompos Jerami Padi dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh  Â ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%,  Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. (Ir. Sri Suryani M.R., M.Agr)

PROMI
Promi adalah formula mikroba unggul yang mengandung mikroba pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali penyakit tanaman, dan dapat menguraikan limbah organik pertanian /perkebunan. Bahan aktif Promi adalah mikroba unggul asli Indonesia yang telah diseleksi dan diuji di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, yaitu Trichoderma harzianum DT 38, T. pseudokoningii DT 39, Aspergillus sp, dan mikroba pelapuk. Penggunaan Promi sangat luas, antara lain :
langsung diaplikasikan ke tanah/tanaman, untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang bermanfaat, dan diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organic pertanian/perkebunan.

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

Bahan :
Jerami, seresah, rumput-rumputan, air dan jika ada kotoran ternak/pupuk kandang.
Peralatan :
Sabit/parang, ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari bambu/kayu, plastik penutup, sekop garpu/cangkul.
Dosis :
Promi terdiri dari 3 bagian, yaitu A, T ,dan Pl. Dosis Promi adalah 0,5 kg (A, T,
dan Pl) untuk setiap ton bahan.
A = 170 gr atau 30 sendok makan
T  = 170 gr atau 30 sendok makan
Pl = 170 gr atau 30 sendok makan 
Tahapan :
1.   Masukkan air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk setiap 1 m3 bahan.
2.   Masukkan Promi ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.
3.   Siapkan cetakan bambu.
4.   Masukkan jerami lapis demi lapis.
5.   Siramkan Promi pada setiap lapis secara merata.
6.   Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.
7.   Setelah cetakan penuh, buka cetakan bambu.
8.   Tutup tumpukan jerami dengan plastik.
9.   Ikat plastik dengan tali. Beri pemberat pada bagian atas plastik.
10.                     Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 – 4 minggu.

Pengamatan :
Setelah inkubasi dua minggu, lakukan pengamatan hingga ke bagian dalam tumpukan. Buka plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Pengomposan berjalan baik apabila :
1.   terjadi penurunan tinggi tumpukan
2.   jika dipegang terasa panas
3.   tidak berbau menyengat
4.   tidak kering
5.   jerami mulai melunak

Lakukan hal-hal berikut ini :
1.   Apabila tumpukan tidak panas dan jerami kering, maka tambahkan air secukupnya.
2.   Apabila berbau menyengat dan tumpukan terlalu basah, maka tancapkan bambu yang telah dilubangi untuk menambah aerasi.
3.   Jika perlu lakukan pembalikan. 

Panen :
Kompos dipanen apabila telah cukup matang. Ciri kompos yang telah matang :
1.   berwarna coklat kehitam-hitaman,
2.   lunak dan mudah dihancurkan,
3.   suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
4.   tidak berbau menyengat, dan
5.   volume menyusut hingga kurang lebih setengahnya.
Aplikasi :
Kompos yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat, yaitu: Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, T. pseudokoningii yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan Aspergillus sp yang dapat melarutkan fosfat.
Kompos diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.

REFERENSI

http://www.epetani.com, pertanian organik, diakses tanggal 11-11-2011,
jam 10.15 WIB

http://duniataniblog.com, pestisida nabati, diakses tanggal 11-11-2011,
jam 10.30 WIB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar